Jalan itu, panjang, tenang, lapang...
Inginku laluinya
Jalan itu,
Sedamai air yang mengalir,
Selembut bayu yang melambai,
Perlahan-lahan ia menyampaikan salam,
Menyambut aku meniti di atasnya.
Jalan itu,
Titisan fisabilillah,
Ketenangan,
Kedamaian,
Ku harapkan,
Meskipun ranjau dan duri itu,
Di sisi jalan,
Kerna Jannah itu indah.
Jalan itu,
Tumpah titis-titis mutiara,
Menjadi senjata,
Menjadi kekuatan,
Segalanya untuk DIA.
Jalan itu,
Sabar,
Redha,
Pasrah,
Tawakal,
Ubat dan penawar,
Kerna DIA melihat
Menilai keringat usaha,
Hanya kepada DIA,
Serah segalanya.
Jalan fisabilillah,
Janji DIA pasti,
Syurga Firdausi para syahid,
Neraka jahanam para pendusta.
Isnin, 15 Disember 2014
Ahad, 14 Disember 2014
Rasulullah Yang Dirindui
Zamanmu Muhammad sudah berlalu,
Namamu masih melekat di hatiku,
Tak pernah bersua malah berjumpa,
Hanya doa dan selawat selalu padamu,
Kuharapkan syafaatmu di Mahsyar sana.
Sinar cahayamu tetap kami ingati,
Sepanjang zaman namamu tetap kami hargai,
Kami sayangi mukjizatmu Al-Quran yang suci,
Menjadi bukti setia diri kami,
Agama terpelihara, Islam agama kami,
Muhammad ku doakan kau selalu mendoakan kami.
Rasulullah SAW, begitu agung namamu,
Rindu bertemu dengan mu,
Rindu pada suri tauladan yang kau berikan,
Rindu pada kesederhanaan dan kepedulianmu,
Rindu pada kedamaian yang kau ciptakan,
Rasulullah SAW, rindu kami pada pemerintahanmu,
Rasulullah, rindu kami juga pada keadilanmu,
Kami sanjungi pada keimananmu dan ibadahmu.
Umatmu kini Muhammad sering alpa,
Anugerah Allah tidak diharga,
Hubungan denganNya tidak dijaga,
Juga hubungannya denganmu mereka alpa,
Ku berdoa pada Yang Esa,
Moga ada jalan pulang untuk mereka,
Bersama menghayati agama kita semua.
Muhammad SAW, aku rindu padamu,
Kasihku untukmu, selawat kukirim untukmu Muhammad,
Sebagai bukti sayangnya daku padamu,
Moga Allah kurnia dan merahmati hubungan ini,
Kau hargai, kusayangi lagi kuhormati.
Muhammad, moga suatu saat nanti,
Dapat kubertemu denganmu,
Dengan redha Allah padaku,
Moga dapat kita bersama di sana,
Syurga tempatmu juga moga untukku,
Muhammadku rindu padamu.
Namamu masih melekat di hatiku,
Tak pernah bersua malah berjumpa,
Hanya doa dan selawat selalu padamu,
Kuharapkan syafaatmu di Mahsyar sana.
Sinar cahayamu tetap kami ingati,
Sepanjang zaman namamu tetap kami hargai,
Kami sayangi mukjizatmu Al-Quran yang suci,
Menjadi bukti setia diri kami,
Agama terpelihara, Islam agama kami,
Muhammad ku doakan kau selalu mendoakan kami.
Rasulullah SAW, begitu agung namamu,
Rindu bertemu dengan mu,
Rindu pada suri tauladan yang kau berikan,
Rindu pada kesederhanaan dan kepedulianmu,
Rindu pada kedamaian yang kau ciptakan,
Rasulullah SAW, rindu kami pada pemerintahanmu,
Rasulullah, rindu kami juga pada keadilanmu,
Kami sanjungi pada keimananmu dan ibadahmu.
Umatmu kini Muhammad sering alpa,
Anugerah Allah tidak diharga,
Hubungan denganNya tidak dijaga,
Juga hubungannya denganmu mereka alpa,
Ku berdoa pada Yang Esa,
Moga ada jalan pulang untuk mereka,
Bersama menghayati agama kita semua.
Muhammad SAW, aku rindu padamu,
Kasihku untukmu, selawat kukirim untukmu Muhammad,
Sebagai bukti sayangnya daku padamu,
Moga Allah kurnia dan merahmati hubungan ini,
Kau hargai, kusayangi lagi kuhormati.
Muhammad, moga suatu saat nanti,
Dapat kubertemu denganmu,
Dengan redha Allah padaku,
Moga dapat kita bersama di sana,
Syurga tempatmu juga moga untukku,
Muhammadku rindu padamu.
Selasa, 9 Disember 2014
Ratib Cinta
Saat Ratib Cinta bergema,
Aku tertunduk kaku,
Memikul labuhan dusta dan dosa semalam,
Merenung mencari kembali lambaian kasihNya,
Setelah melewati silam yang kelam suram.
Saat Ratib Cinta bergema,
Titis-titis air mata rindu mengalir lesu,
Terhimpit antara keluh kesah dunia yang tidak pernah sudah,
Merenung mencari kembali lambaian kasiNya,
Setelah silam durjana mematikan hatiku.
Saat Ratib Cinta bergema,
Terpaku aku di hamparan sejadah rindu,
Meniti sepertiga malam yang kaku bisu,
Menanti sinar cahayaNya menyuluh,
Suram hati yang gersang tanpa kasihNya.
Ratib Cinta akan terus bergema,
Tanpa jemu dan lelah,
Menanti pengampunanNya,
Kerana aku tahu Dialah segalanya.
Ya Allah,
Andai ini Ratib Cinta terakhirku,
Ampunisegala khilaf semalamku,
Ya Rabbi.
Credit By : Harisah Zainul
Aku tertunduk kaku,
Memikul labuhan dusta dan dosa semalam,
Merenung mencari kembali lambaian kasihNya,
Setelah melewati silam yang kelam suram.
Saat Ratib Cinta bergema,
Titis-titis air mata rindu mengalir lesu,
Terhimpit antara keluh kesah dunia yang tidak pernah sudah,
Merenung mencari kembali lambaian kasiNya,
Setelah silam durjana mematikan hatiku.
Saat Ratib Cinta bergema,
Terpaku aku di hamparan sejadah rindu,
Meniti sepertiga malam yang kaku bisu,
Menanti sinar cahayaNya menyuluh,
Suram hati yang gersang tanpa kasihNya.
Ratib Cinta akan terus bergema,
Tanpa jemu dan lelah,
Menanti pengampunanNya,
Kerana aku tahu Dialah segalanya.
Ya Allah,
Andai ini Ratib Cinta terakhirku,
Ampunisegala khilaf semalamku,
Ya Rabbi.
Credit By : Harisah Zainul
Solusi
Dunia makin racau,
Manusia telanjang tanpa malu,
Sang adil dituduh penipu,
Maksiat itu menjadi perlu,
Oh duniaku !
Maka harus ditanya pada diri,
Apa tugas kita disini?,
Lalu tiada syak lagi,
Kita mesti baikinya kembali!
Tapi semuda itu?
Semudah mengetuk beduk?
Semudah mulut melepas lelah mengucap kata?
Semudah lidah belitmu menipu pada kertas?
Bagi hati yang tahu beratnya amanah ini,
Jiwa suci yang benar faham akibatnya,
Bersiap dengan zirah iman yang tegar,
Berbaris soldadu pada saf yang utuh.
Dan deruan nafas senantiasa ghairah,
Ingin melihat dunia ini damai,
Ghairah ini dipateri kuat pada sanubari,
Api tak mampu cairkannya,
Karat tak mampu gugatnya.
Lantas,
Mereka bekerja,
Mereka bertindak,
Sehabis upaya mereka,
(ku ulang) Sehabis upaya mereka.
Dengan tenaga,
Dan masa,
Dan darah,
Dan harta,
Dan nyawa,
Tertumpu pada satu matlamat.
Biar dihina orang menghina,
Dimaki orang yang memaki,
Mereka tetap keras-tidak berganjak.
Kita ?
Ah! Lemparkan ketepi sepatu penakutmu,
Biar berkaki ayam namun biarkan jiwamu bebas,
Sebebas helang di udara,
Tiada rasa takut pada ketinggian.
Dan,
Tempatkan dirimu dalam kelompok mereka.
Yang hati mereka hanya ada Tuhan yang Esa.
Dalam,
Setiap penjuru ruang oksigen hidup.
Itu solusi,
Itu jawapan,
Untuk membaiki dunia kembali.
Manusia telanjang tanpa malu,
Sang adil dituduh penipu,
Maksiat itu menjadi perlu,
Oh duniaku !
Maka harus ditanya pada diri,
Apa tugas kita disini?,
Lalu tiada syak lagi,
Kita mesti baikinya kembali!
Tapi semuda itu?
Semudah mengetuk beduk?
Semudah mulut melepas lelah mengucap kata?
Semudah lidah belitmu menipu pada kertas?
Bagi hati yang tahu beratnya amanah ini,
Jiwa suci yang benar faham akibatnya,
Bersiap dengan zirah iman yang tegar,
Berbaris soldadu pada saf yang utuh.
Dan deruan nafas senantiasa ghairah,
Ingin melihat dunia ini damai,
Ghairah ini dipateri kuat pada sanubari,
Api tak mampu cairkannya,
Karat tak mampu gugatnya.
Lantas,
Mereka bekerja,
Mereka bertindak,
Sehabis upaya mereka,
(ku ulang) Sehabis upaya mereka.
Dengan tenaga,
Dan masa,
Dan darah,
Dan harta,
Dan nyawa,
Tertumpu pada satu matlamat.
Biar dihina orang menghina,
Dimaki orang yang memaki,
Mereka tetap keras-tidak berganjak.
Kita ?
Ah! Lemparkan ketepi sepatu penakutmu,
Biar berkaki ayam namun biarkan jiwamu bebas,
Sebebas helang di udara,
Tiada rasa takut pada ketinggian.
Dan,
Tempatkan dirimu dalam kelompok mereka.
Yang hati mereka hanya ada Tuhan yang Esa.
Dalam,
Setiap penjuru ruang oksigen hidup.
Itu solusi,
Itu jawapan,
Untuk membaiki dunia kembali.
Isnin, 8 Disember 2014
Engkau Tempatku Bersandar
Terkadang aku rapuh,
Menyerah atas asaku,
Terkadang aku takut mencuba,
Kerana tidak siap untuk kalah.
Dalam sudutku dunia begitu keras,
Dalam pandangku dunia begitu luas,
Fatamorgananya tanpa batas,
Memupus semangat,
Menenggelamkan tanpa bekas.
Ku terdiam ditengah keramaian,
Ku berjalan di tengah kecepatan,
Ku berlari di tengah mesin-mesin kehidupan,
Tidak cukup saku untuk sebuah perubahan.
Benarkah demikian?
Ataukah sekadar angan-angan,
Menyerah sebelum berperang,
Mematikan asa sebelum berjuang.
Terlalu baik untukku,
Namun tidak untukMu,
Terlalu Wah untukku,
Namun tidak untukMu.
FirmanMu referensi motivasiku,
Sabda NabiMu jalan bimbinganku,
Untuk terus maju dan melangkah,
Menuju ke arah redhaMu.
BagiMu semua kecil,
BagiMu semua mudah,
BagiMu semua boleh,
Hanya kepadaMu aku berusaha dan berdoa.
Meski tertatih,
Ku memantapkan diri,
Meski letih,
Ku tegakkan jiwa dan raga ini.
Kerana ku yakin,
Engkau Maha Melihat,
Engkau Maha Mendengar,
Engkau Maha Mengabulkan,
Tidak sekadar yang aku inginkan.
Alhamdulillah syukur ku ucapkan,
Bismillah daya upaya ku gerakkan,
Ya Aliimu Yaa Khobir Yaa Fattahu Ya Qodir,
Anta a'lamu bi sirri wal a'alamiin.
Credit By : Aris Aziz
Menyerah atas asaku,
Terkadang aku takut mencuba,
Kerana tidak siap untuk kalah.
Dalam sudutku dunia begitu keras,
Dalam pandangku dunia begitu luas,
Fatamorgananya tanpa batas,
Memupus semangat,
Menenggelamkan tanpa bekas.
Ku terdiam ditengah keramaian,
Ku berjalan di tengah kecepatan,
Ku berlari di tengah mesin-mesin kehidupan,
Tidak cukup saku untuk sebuah perubahan.
Benarkah demikian?
Ataukah sekadar angan-angan,
Menyerah sebelum berperang,
Mematikan asa sebelum berjuang.
Terlalu baik untukku,
Namun tidak untukMu,
Terlalu Wah untukku,
Namun tidak untukMu.
FirmanMu referensi motivasiku,
Sabda NabiMu jalan bimbinganku,
Untuk terus maju dan melangkah,
Menuju ke arah redhaMu.
BagiMu semua kecil,
BagiMu semua mudah,
BagiMu semua boleh,
Hanya kepadaMu aku berusaha dan berdoa.
Meski tertatih,
Ku memantapkan diri,
Meski letih,
Ku tegakkan jiwa dan raga ini.
Kerana ku yakin,
Engkau Maha Melihat,
Engkau Maha Mendengar,
Engkau Maha Mengabulkan,
Tidak sekadar yang aku inginkan.
Alhamdulillah syukur ku ucapkan,
Bismillah daya upaya ku gerakkan,
Ya Aliimu Yaa Khobir Yaa Fattahu Ya Qodir,
Anta a'lamu bi sirri wal a'alamiin.
Credit By : Aris Aziz
Renungan Alam
Lihatlah pada alam jagat maya ini,
Lihatlah pada tampaknya dirimu,
Tidak terjangkau maha hebatnya ciptaan,
Tiada siapa yang mampu,
Kecuali Dia yang termampu,
Tika renungan itu memuncak,
Hati nurani mendetik rasa,
Bagai ingin bersatu dalam pelukan,
Pada indahnya alunan alam ini,
Terbentang sempurna tiada tepi,
Kerdilnya terasa diri,
Lantas memuji dan mensyukuri,
Pada nikmat yang mengalir di setiap denyut nadi,
Moga hamba menjadi pencinta hakiki,
Perindu pada pertemuan Illahi...
Lihatlah pada tampaknya dirimu,
Tidak terjangkau maha hebatnya ciptaan,
Tiada siapa yang mampu,
Kecuali Dia yang termampu,
Tika renungan itu memuncak,
Hati nurani mendetik rasa,
Bagai ingin bersatu dalam pelukan,
Pada indahnya alunan alam ini,
Terbentang sempurna tiada tepi,
Kerdilnya terasa diri,
Lantas memuji dan mensyukuri,
Pada nikmat yang mengalir di setiap denyut nadi,
Moga hamba menjadi pencinta hakiki,
Perindu pada pertemuan Illahi...
Hidayah Menanti Atau Mencari
"Wahai anakku, berimanlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Dia sahaja yang berhak disembah."
"Aku tidak akan menyembah Tuhanmu," jawab anaknya.
"Wahai anakku, marilah naik kapal bersama-sama kami, janganlah kamu kufur dan mengingkari perintah Allah S.W.T lagi. Janganlah kamu mengikuti orang-orang yang ingkar itu."
"Aku akan mendaki gunung yang tinggi itu sehingga aku terlepas daripada banjir besar ini," jawab anaknya.
"Sesungguhnya hari ini tidak ada seorang pun yang akan selamat kecuali yang mengikuti aku dan mereka yang dirahmati Allah sahaja,"
Selepas kata-kata itu, maka lenyaplah si anak daripada pandangan si ayah kerana ditenggelami banjir.
Begitulah kata-kata Kan'an yang penuh bonggak dan sombong kepada ayahnya Nabi Nuh. Dia adalah salah seorang yang ditenggelamkan dalam banjir oleh Allah atas kekufuran dan menolak dakwah ayahnya, betapa pilunya hati baginda saat itu sehingga baginda berdoa dan bertanya pada Allah "Ya Allah, bukankah Kan'an itu anak aku dan daripada keluarga aku sendiri," rintih Nabi Nuh. Baginda merayu kepada Tuhannya dengan berkata : "Wahai Tuhanku ! Sesungguhnya anakku itu daripada keluargaku sendiri dan bahawa janji-janjiMu adalah benar dan Engkaulah sebijak-bijak hakim yang menghukum dengan seadil-adilnya."
Firman Allah :
"Wahai Nuh! Sesungguhnya anakmu bukanlah daripada keluargamu (kerana dia telah memutuskan hubungan denganmu disebabkan kekufurannya), sesungguhnya amalannya bukanlah soleh, maka janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak tahu mengenainya. Sebenarnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan. (71:46)
Jelas berdasarkan kisah di atas, baginda telah berusaha menyampaikan kebenaran tentang Islam, walau dakwah baginda ditolak bukan sahaja kaumnya, bahkan ahli keluarganya sendiri, orang yang rapat dalam hidup baginda. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW, dakwahnya pada bapa-bapa saudaranya disambut dingin, malah dicaci, dikeji dan dihina. Orang yang lahir daripada darah daging sendiri sanggup melakukan kezaliman pada saudara mereka sendiri hanya kerana tidak mahu kebenaran (tentang Islam) disebarkan, sangat pilu, tetapi Allah Maha Mengetahui, segala sesuatu adalah milikNya, termasuk HIDAYAH...
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi, tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan Dia jualah yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan) untuk mendapat hidayah petunjuk" (28:56)
Berdasarkan ayat di atas, saya menegaskan kepada 3 perkara :
1) Manusia tidak mempunyai daya memberi petunjuk (kebenaran) hidayah pada manusia lain walaupun mereka adalah orang-orang yang kita sayangi
2) Allah sahaja yang berkuasa memberi petunjuk (kebenaran) hidayah pada manusia yang Dia inginkan tidak kira rupa, umur, kaum dan sebagainya
3) Allah sahajalah yang Maha Mengetahui setiap hamba yang berusaha (terbuka hati) mencari hidayah Allah
Apa yang saya ingin katakan ya, benara, hidayah milik Allah, Allah pemegang setiap hati, namun kita disuruh berusaha, berusaha mencapai apa yang kita mahu. Kita boleh beri seribu alasan di dunia ini, "ah, nanti sudah tua aku berubahlah taubat, muda-muda mahu enjoy" "ah nanti-nantilah solat, mengaji Al-Quran, belum nak mati pun kan sihat ini, dah tua sakit nanti buatlah" persoalannya, yakin kah ESOK MASIH ADA, duduk dan renung, andai hari ini saat ini, apa yang anda lakukan sekarang adalah yang terakhir dalam hidup anda.. Bagaimana???
"Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan, dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan" (21:35)
Setiap kata-kata Allah adalah benar, dan apabila Dia mengatakan setiap bernyawa pasti mati, lalu bekalan apa yang kita bawa untuk melalui frasa selepas dunia iaitu alam barzakh (kubur) alam penantian sebelum hari kebangkitan (kiamat) dan hari perhitungan (akhirat).
Berusaha mencari hidayah Allah tidak susah, ramai yang mempersoalkan bagaiman mahu mencari sedang hati belum terbuka, hati belum terbuka adalah kerana sisa-sisa dosa semalam, umpama besi yang tidak digunakan, dibiarkan tidak disimpan, dijaga atau diubahsuai penggunaannya, lama-lama ia akan jadi rosak, buruk karat kerana berpanas dan berhujan, begitu juga hati manusia. Jika badan memerlukan nasu sebagai tenaga untuk bergerak, hati juga memerlukan tenaga untuk sentiasa bergerak melakukan kebaikan dan mencintai apa yang Allah cintai, makanannya mudah sahaja, amal kebaikan. Segala amal-amal kebaikan adalah penjana dan penggerak hati untuk terus melakukan kebaikan yang lain, asal ia dilakukan kerana Allah bukan untuk mendapat penghargaan manusia.
".... Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menhendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalah mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya." (13:11)
Jadi mulai hari ini bersihkanlah hati daripada dosa semalam, daripada berburuk sangka, khianat, dengki, kerana hati yang bersih mudah menerima tarbiyyah Illahi (dengan IzinNya) dan sentiasalah berbaik sangka pada Allah, tidak Allah tetapkan sesuatu dengan sia-sia. Semuanya bersebab dan pengakhirannya adalah sesuatu kebaikan.
"Dan sesungguhnya kesudahan keadaanmu adalah lebih baik bagimu daripa permulaannya." (93:4)
"dan sesungguhnya Tuhanmu akan memberikanmu (kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat) sehingga engkau reda - berpuas hati." (93:5)
"Adapun nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau sebut-sebutkan (dan zahirkan) sebagai bersyukur kepadaNya" (93:11)
Jalan berusaha tidak sesusah jalan untuk beristiqamah, dan saat inilah akan berlaku pelbagai ujian Allah buat hambaNya, kerana nikmat syurga Allah itu luar biasa, jadi jalannya haruslah berliku, namun jangan khuatir duhai hati, Allah sentiasa bersama kita, dan jangan sesekali merasakan diri itu jahat, dan tidak layak ke syurga, kerana syurga, neraka itu juga milik Allah, siapa yang berada dalamnya semua dibawah pengetahuan Allah, bukan manusia, namun jangan pula merasakan diri terlalu mulia untuk masuk ke syurga Allah, kerana kebongkakan itu sekelip mata Allah boleh hapuskan amal kebaikan kita, tugas kita untuk berusaha melakukan kebaikan sehingga akhir nyawa, dan berdoa agar Allah memberi rahmatNya untuk kita masuk ke syurgaNya.
"Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (12:87)
Semoga pintu hidayah sentiasa terbuka luas buat kita dan Allah tidak menariknya semula, In Syaa Allah, amin Allahumma amin. Wallahualam~
Terima Kasih
"Aku tidak akan menyembah Tuhanmu," jawab anaknya.
"Wahai anakku, marilah naik kapal bersama-sama kami, janganlah kamu kufur dan mengingkari perintah Allah S.W.T lagi. Janganlah kamu mengikuti orang-orang yang ingkar itu."
"Aku akan mendaki gunung yang tinggi itu sehingga aku terlepas daripada banjir besar ini," jawab anaknya.
"Sesungguhnya hari ini tidak ada seorang pun yang akan selamat kecuali yang mengikuti aku dan mereka yang dirahmati Allah sahaja,"
Selepas kata-kata itu, maka lenyaplah si anak daripada pandangan si ayah kerana ditenggelami banjir.
Begitulah kata-kata Kan'an yang penuh bonggak dan sombong kepada ayahnya Nabi Nuh. Dia adalah salah seorang yang ditenggelamkan dalam banjir oleh Allah atas kekufuran dan menolak dakwah ayahnya, betapa pilunya hati baginda saat itu sehingga baginda berdoa dan bertanya pada Allah "Ya Allah, bukankah Kan'an itu anak aku dan daripada keluarga aku sendiri," rintih Nabi Nuh. Baginda merayu kepada Tuhannya dengan berkata : "Wahai Tuhanku ! Sesungguhnya anakku itu daripada keluargaku sendiri dan bahawa janji-janjiMu adalah benar dan Engkaulah sebijak-bijak hakim yang menghukum dengan seadil-adilnya."
Firman Allah :
"Wahai Nuh! Sesungguhnya anakmu bukanlah daripada keluargamu (kerana dia telah memutuskan hubungan denganmu disebabkan kekufurannya), sesungguhnya amalannya bukanlah soleh, maka janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak tahu mengenainya. Sebenarnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan. (71:46)
Jelas berdasarkan kisah di atas, baginda telah berusaha menyampaikan kebenaran tentang Islam, walau dakwah baginda ditolak bukan sahaja kaumnya, bahkan ahli keluarganya sendiri, orang yang rapat dalam hidup baginda. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW, dakwahnya pada bapa-bapa saudaranya disambut dingin, malah dicaci, dikeji dan dihina. Orang yang lahir daripada darah daging sendiri sanggup melakukan kezaliman pada saudara mereka sendiri hanya kerana tidak mahu kebenaran (tentang Islam) disebarkan, sangat pilu, tetapi Allah Maha Mengetahui, segala sesuatu adalah milikNya, termasuk HIDAYAH...
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi, tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan Dia jualah yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan) untuk mendapat hidayah petunjuk" (28:56)
Berdasarkan ayat di atas, saya menegaskan kepada 3 perkara :
1) Manusia tidak mempunyai daya memberi petunjuk (kebenaran) hidayah pada manusia lain walaupun mereka adalah orang-orang yang kita sayangi
2) Allah sahaja yang berkuasa memberi petunjuk (kebenaran) hidayah pada manusia yang Dia inginkan tidak kira rupa, umur, kaum dan sebagainya
3) Allah sahajalah yang Maha Mengetahui setiap hamba yang berusaha (terbuka hati) mencari hidayah Allah
Apa yang saya ingin katakan ya, benara, hidayah milik Allah, Allah pemegang setiap hati, namun kita disuruh berusaha, berusaha mencapai apa yang kita mahu. Kita boleh beri seribu alasan di dunia ini, "ah, nanti sudah tua aku berubahlah taubat, muda-muda mahu enjoy" "ah nanti-nantilah solat, mengaji Al-Quran, belum nak mati pun kan sihat ini, dah tua sakit nanti buatlah" persoalannya, yakin kah ESOK MASIH ADA, duduk dan renung, andai hari ini saat ini, apa yang anda lakukan sekarang adalah yang terakhir dalam hidup anda.. Bagaimana???
"Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan, dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan" (21:35)
Setiap kata-kata Allah adalah benar, dan apabila Dia mengatakan setiap bernyawa pasti mati, lalu bekalan apa yang kita bawa untuk melalui frasa selepas dunia iaitu alam barzakh (kubur) alam penantian sebelum hari kebangkitan (kiamat) dan hari perhitungan (akhirat).
Berusaha mencari hidayah Allah tidak susah, ramai yang mempersoalkan bagaiman mahu mencari sedang hati belum terbuka, hati belum terbuka adalah kerana sisa-sisa dosa semalam, umpama besi yang tidak digunakan, dibiarkan tidak disimpan, dijaga atau diubahsuai penggunaannya, lama-lama ia akan jadi rosak, buruk karat kerana berpanas dan berhujan, begitu juga hati manusia. Jika badan memerlukan nasu sebagai tenaga untuk bergerak, hati juga memerlukan tenaga untuk sentiasa bergerak melakukan kebaikan dan mencintai apa yang Allah cintai, makanannya mudah sahaja, amal kebaikan. Segala amal-amal kebaikan adalah penjana dan penggerak hati untuk terus melakukan kebaikan yang lain, asal ia dilakukan kerana Allah bukan untuk mendapat penghargaan manusia.
".... Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menhendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalah mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya." (13:11)
Jadi mulai hari ini bersihkanlah hati daripada dosa semalam, daripada berburuk sangka, khianat, dengki, kerana hati yang bersih mudah menerima tarbiyyah Illahi (dengan IzinNya) dan sentiasalah berbaik sangka pada Allah, tidak Allah tetapkan sesuatu dengan sia-sia. Semuanya bersebab dan pengakhirannya adalah sesuatu kebaikan.
"Dan sesungguhnya kesudahan keadaanmu adalah lebih baik bagimu daripa permulaannya." (93:4)
"dan sesungguhnya Tuhanmu akan memberikanmu (kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat) sehingga engkau reda - berpuas hati." (93:5)
"Adapun nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau sebut-sebutkan (dan zahirkan) sebagai bersyukur kepadaNya" (93:11)
Jalan berusaha tidak sesusah jalan untuk beristiqamah, dan saat inilah akan berlaku pelbagai ujian Allah buat hambaNya, kerana nikmat syurga Allah itu luar biasa, jadi jalannya haruslah berliku, namun jangan khuatir duhai hati, Allah sentiasa bersama kita, dan jangan sesekali merasakan diri itu jahat, dan tidak layak ke syurga, kerana syurga, neraka itu juga milik Allah, siapa yang berada dalamnya semua dibawah pengetahuan Allah, bukan manusia, namun jangan pula merasakan diri terlalu mulia untuk masuk ke syurga Allah, kerana kebongkakan itu sekelip mata Allah boleh hapuskan amal kebaikan kita, tugas kita untuk berusaha melakukan kebaikan sehingga akhir nyawa, dan berdoa agar Allah memberi rahmatNya untuk kita masuk ke syurgaNya.
"Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (12:87)
Semoga pintu hidayah sentiasa terbuka luas buat kita dan Allah tidak menariknya semula, In Syaa Allah, amin Allahumma amin. Wallahualam~
Terima Kasih
Selasa, 2 Disember 2014
Aku Mampu Mengubah Dunia
Ketika lepas bebas di alam remaja
Impianku tidak mengenal batasan..
Aku ingin MENGUBAH DUNIA.
Bila usia meningkat dewasa
Dan aku semakin matang
Kusedari...
Rupanya dunia tidak akan berubah
Lalu aku bataskan jangkauan..
Memadailah jika..
Aku dapat MENGUBAH NEGARA
Namun ini juga tidak kesampaian.
Di usia senja..
Pilihan terakhirku
Untuk MENGUBAH KELUARGA
Dan mereka yang terdekat
Malangnya...
Mereka juga tidak mampu ku ubah.
Kini...
Di perbaringan menanti maut
Baru ku sedari..
(Mungkin buat kali pertama)
Andainya dahulu yang pertama ku ubah..
Adalah DIRI SENDIRI..
Dengan menunjukkan teladan yang baik
Pasti aku dapat MENGUBAH KELUARGA.
Lantas...
Dengan sokongan ..
Dan dorongan semangat mereka
Aku pasti mampu MENGUBAH NEGARA.
Dan siapa tahu...
Mungkin juga...
AKU MAMPU MENGUBAH DUNIA !!!
Impianku tidak mengenal batasan..
Aku ingin MENGUBAH DUNIA.
Bila usia meningkat dewasa
Dan aku semakin matang
Kusedari...
Rupanya dunia tidak akan berubah
Lalu aku bataskan jangkauan..
Memadailah jika..
Aku dapat MENGUBAH NEGARA
Namun ini juga tidak kesampaian.
Di usia senja..
Pilihan terakhirku
Untuk MENGUBAH KELUARGA
Dan mereka yang terdekat
Malangnya...
Mereka juga tidak mampu ku ubah.
Kini...
Di perbaringan menanti maut
Baru ku sedari..
(Mungkin buat kali pertama)
Andainya dahulu yang pertama ku ubah..
Adalah DIRI SENDIRI..
Dengan menunjukkan teladan yang baik
Pasti aku dapat MENGUBAH KELUARGA.
Lantas...
Dengan sokongan ..
Dan dorongan semangat mereka
Aku pasti mampu MENGUBAH NEGARA.
Dan siapa tahu...
Mungkin juga...
AKU MAMPU MENGUBAH DUNIA !!!
Tanya Hati, Jauh Atau Dekat Dengan Allah
Hidup ini umpama roda,
Adakalanya kita berjaya,
Adakalanya kita kecewa,
Adakalanya suka,
Adakalanya duka,
Adakalanya kita bahagia,
Adakalanya kita derita,
Ingatlah rakanku, setiap yang berlaku di dunia,
Pasti ada rahsia dan hikmahnya,
Yang pasti usah kita lupa,
Tingkatkan semangat dan teruskan berusaha,
Agar kejayaan ini milik kita
Hidup ini umpama sebuah lautan,
Bagaikan istana yang diimpikan,
Bahkan seperti jutawan yang punya ramai karyawan,
Yang pasti akan tiba hujungnya
Kita lalui kehidupan ini penuh rintangan.
Juga penuh dugaan serta cabaran,
Usahakan diri mencapai kecemerlangan,
Untuk mengapai impian,
Juga untuk menikmati udara yang percuma Tuhan berikan,
Agar diri lebih matang dan tidak lupakan Tuhan
Kehidupan suatu takdir dan ketentuan,
Kita sebagai makhluk-Nya yang harus mencorakkan,
Hidup ini hanya tumpangan,
Akhirat yang pasti kekal kita diketemukan,
Dosa, pahala yang membezakan,
Amal manusia yang telah kita lakukan,
Jadi, tanya hati?
Itukah soalan,
Ya benar, itu soalan yang memerlukan jawapan,
Baik atau buruk hanya kita yang mampu laksanakan dan jauhkan.
Moga Tuhan sentiasa memberikan nikmat kesihatan,
Agar diri ini sentiasa dekat dengan Tuhan.
Credit By : Zahra Nafizatul Nafisah
Adakalanya kita berjaya,
Adakalanya kita kecewa,
Adakalanya suka,
Adakalanya duka,
Adakalanya kita bahagia,
Adakalanya kita derita,
Ingatlah rakanku, setiap yang berlaku di dunia,
Pasti ada rahsia dan hikmahnya,
Yang pasti usah kita lupa,
Tingkatkan semangat dan teruskan berusaha,
Agar kejayaan ini milik kita
Hidup ini umpama sebuah lautan,
Bagaikan istana yang diimpikan,
Bahkan seperti jutawan yang punya ramai karyawan,
Yang pasti akan tiba hujungnya
Kita lalui kehidupan ini penuh rintangan.
Juga penuh dugaan serta cabaran,
Usahakan diri mencapai kecemerlangan,
Untuk mengapai impian,
Juga untuk menikmati udara yang percuma Tuhan berikan,
Agar diri lebih matang dan tidak lupakan Tuhan
Kehidupan suatu takdir dan ketentuan,
Kita sebagai makhluk-Nya yang harus mencorakkan,
Hidup ini hanya tumpangan,
Akhirat yang pasti kekal kita diketemukan,
Dosa, pahala yang membezakan,
Amal manusia yang telah kita lakukan,
Jadi, tanya hati?
Itukah soalan,
Ya benar, itu soalan yang memerlukan jawapan,
Baik atau buruk hanya kita yang mampu laksanakan dan jauhkan.
Moga Tuhan sentiasa memberikan nikmat kesihatan,
Agar diri ini sentiasa dekat dengan Tuhan.
Credit By : Zahra Nafizatul Nafisah
Ikhlas... Kucarimu Dimana Jua..
Keikhlasan nan tercalar
Pabila kesabaran mula menghindar
Lemah dan tunduk tanpa sedar
Bisikan syaitan nan tak pernah pudar
Menawan kalbu hamba nan ingkar.
Keikhlasan nan terhakis
Kerana hati tak bisa menangis
Pujukan dan rayumu wahai sang Iblis
Ketipisan imam tak bisa menepis.
Lalu...
Lerailah budi , lenyaplah jasa
Segunung budi selaut jasa
Ganjaran dinanti tak kunjung tiba
Ganjaran melayang di tingkap terbuka
Dosa menerpa di hati bertakhta
Budi dan jasa sia-sia semata
Ibadat dilaksana jerih segala.
Aduhai...
Sukarnya mencari keikhlasan
Perit dan getirnya menebal keimanan
Lalu aku kembali kepada pokok pangkal dan dasarnya
Di sinilah...
Kupohon pada-Mu walau dalam susah
Kupohon pada-Mu walau dalam payah
Ikhlas itu rahsia Allah
Mudah-mudahan padaku
Rahmat-Mu tercurah.
Pabila kesabaran mula menghindar
Lemah dan tunduk tanpa sedar
Bisikan syaitan nan tak pernah pudar
Menawan kalbu hamba nan ingkar.
Keikhlasan nan terhakis
Kerana hati tak bisa menangis
Pujukan dan rayumu wahai sang Iblis
Ketipisan imam tak bisa menepis.
Lalu...
Lerailah budi , lenyaplah jasa
Segunung budi selaut jasa
Ganjaran dinanti tak kunjung tiba
Ganjaran melayang di tingkap terbuka
Dosa menerpa di hati bertakhta
Budi dan jasa sia-sia semata
Ibadat dilaksana jerih segala.
Aduhai...
Sukarnya mencari keikhlasan
Perit dan getirnya menebal keimanan
Lalu aku kembali kepada pokok pangkal dan dasarnya
Di sinilah...
Kupohon pada-Mu walau dalam susah
Kupohon pada-Mu walau dalam payah
Ikhlas itu rahsia Allah
Mudah-mudahan padaku
Rahmat-Mu tercurah.
Sabtu, 29 November 2014
Generasi "Coca-Cola"
Generasi ini telah di "Coca-Cola" kan
persepsinya lemah
ruhnya kempis
apalah yang tinggal
Wajah kosong
ada semacam kegilaan
anak-anak muda bertopi ke belakang
99.99% yang tukang lepak
di kafe maya
Khusyuk dengan pelbagai jenama "games"
di talian chat meraban-raban
tak ke mana-mana
entahlah apa visinya
entahlah apa wawasannya
itulah wajah mutakhir.
Apakah mungkin generasi "Coca-Cola" ini
akan menjadi generasi Robanni?
Kalau dari jam 10.00 pagi sampai 10.00 malam
mata terpahat di pc
sesebentar menghirup "Coca-Cola"
azan Zohor berlalu
azan Asar berlalu
azan Maghrib berlalu
azan Isyak berlalu
waktu terus berlalu
seolah-olah tidak ada yang lain yang perlu
kecuali memainkan jari jemari di papan kekunci
mana mungkin akan tercerna generasi Robbani.
Apa akan jadi dengan generasi "Coca-Cola" ?
mereka tidak boleh membangun dunia
mereka mabuk (fana) bukan dalam lautan makrifah
kafe itu nanti sama tarafnya dengan video arcade
ia tak mengembangkan minda
ia tak melahirkan manusia
dengan kemanusiaan hakiki.
persepsinya lemah
ruhnya kempis
apalah yang tinggal
Wajah kosong
ada semacam kegilaan
anak-anak muda bertopi ke belakang
99.99% yang tukang lepak
di kafe maya
Khusyuk dengan pelbagai jenama "games"
di talian chat meraban-raban
tak ke mana-mana
entahlah apa visinya
entahlah apa wawasannya
itulah wajah mutakhir.
Apakah mungkin generasi "Coca-Cola" ini
akan menjadi generasi Robanni?
Kalau dari jam 10.00 pagi sampai 10.00 malam
mata terpahat di pc
sesebentar menghirup "Coca-Cola"
azan Zohor berlalu
azan Asar berlalu
azan Maghrib berlalu
azan Isyak berlalu
waktu terus berlalu
seolah-olah tidak ada yang lain yang perlu
kecuali memainkan jari jemari di papan kekunci
mana mungkin akan tercerna generasi Robbani.
Apa akan jadi dengan generasi "Coca-Cola" ?
mereka tidak boleh membangun dunia
mereka mabuk (fana) bukan dalam lautan makrifah
kafe itu nanti sama tarafnya dengan video arcade
ia tak mengembangkan minda
ia tak melahirkan manusia
dengan kemanusiaan hakiki.
Kenapa Lelaki, Bukan Ilahi ?
Aku hairan
Kenapa Ilahi pada bibirnya
Lelaki pada hatinya
Aku hairan
Cinta setianya tetap dihati
Walau lelaki berjalan pergi
Aku hairan
Cinta Ilahi sudah pasti
Sekejap di hati sekejap di kaki
Aku hairan
Ayat lelaki hadam terhafal
Ayat Ilahi tidak kau kenal
Aku hairan
Yang benar sudah kau tahu
Yang salah masih kau buru
Kenapa Ilahi pada bibirnya
Lelaki pada hatinya
Aku hairan
Cinta setianya tetap dihati
Walau lelaki berjalan pergi
Aku hairan
Cinta Ilahi sudah pasti
Sekejap di hati sekejap di kaki
Aku hairan
Ayat lelaki hadam terhafal
Ayat Ilahi tidak kau kenal
Aku hairan
Yang benar sudah kau tahu
Yang salah masih kau buru
Laungan Azan (AllahuAkbar)
Kalimah suci mengagungkan yang Maha Besar
Kalimah Ilahi luas tersebar
Untuk kita berhenti sebentar
Menunaikan solat dengan penuh sabar
Wahai manusia,
Janganlah leka, selalulah peka,
Untuk menunaikan tanggungjawab kita,
Menyembah yang Maha Esa,
Agar tidak mengundang murka yang Maha Kuasa,
Supaya selamat dari bala bencana di dunia,
Terhindar dari api neraka, dijamin Syurga selamanya
Wahai sahabat,
Patuhlah perintah, taatlah beribadat,
Untuk kita selamat dunia dan akhirat,
Untunglah mereka yang taat,
Kerana ingat Allah setiap saat,
Rugilah mereka yang sesat,
Kerana cintakan dunia dan lupakan akhirat ...
AllahuAkbar, AllahuAkbar, Lailahaillah ...
Kalimah Ilahi luas tersebar
Untuk kita berhenti sebentar
Menunaikan solat dengan penuh sabar
Wahai manusia,
Janganlah leka, selalulah peka,
Untuk menunaikan tanggungjawab kita,
Menyembah yang Maha Esa,
Agar tidak mengundang murka yang Maha Kuasa,
Supaya selamat dari bala bencana di dunia,
Terhindar dari api neraka, dijamin Syurga selamanya
Wahai sahabat,
Patuhlah perintah, taatlah beribadat,
Untuk kita selamat dunia dan akhirat,
Untunglah mereka yang taat,
Kerana ingat Allah setiap saat,
Rugilah mereka yang sesat,
Kerana cintakan dunia dan lupakan akhirat ...
AllahuAkbar, AllahuAkbar, Lailahaillah ...
Mutiara Hidup
Musuh utama manusia adalah dirinya sendiri,
Kegagalan utama manusia adalah kesombongannya.
Kebodohan utama manusia,
Adalah sifat menipunya.
Kesedihan utama manusia,
Adalah rasa iri hatinya.
Kesalahan utama manusia,
Adalah mencampakkan dirinya,
Dan orang lain.
Sifat manusia yang terpuji adalah rendah hati,
Sifat manusia yang paling diuji adalah semangatnya,
Kehancuran terbesar manusia adalah putus asa,
Harta utama manusia adalah kesihatan.
Hutang terbesar manusia adalah sifat berkeluh-kesah,
dan tidak memiliki kebijaksanaan,
Ketenteraman manusia adalah,
Suka bersedakah dan beramal.
Segala pekerjaan mudah untuk dilakukan kecuali satu hal,
Memahami apa adanya tanpa mempersoalkan 'kekurangannya'.
Sebagaimana diri kita, demikian juga makhluk lain,
Sebagaimana makhluk lain, demikian juga diri kita.
Dengan memikirkan mereka, dengan membandingkan mereka,
Tidak seharusnya kita saling berselisih, bertengkar,
Dan membunuh atau menyebabkan hal itu.
Kegagalan utama manusia adalah kesombongannya.
Kebodohan utama manusia,
Adalah sifat menipunya.
Kesedihan utama manusia,
Adalah rasa iri hatinya.
Kesalahan utama manusia,
Adalah mencampakkan dirinya,
Dan orang lain.
Sifat manusia yang terpuji adalah rendah hati,
Sifat manusia yang paling diuji adalah semangatnya,
Kehancuran terbesar manusia adalah putus asa,
Harta utama manusia adalah kesihatan.
Hutang terbesar manusia adalah sifat berkeluh-kesah,
dan tidak memiliki kebijaksanaan,
Ketenteraman manusia adalah,
Suka bersedakah dan beramal.
Segala pekerjaan mudah untuk dilakukan kecuali satu hal,
Memahami apa adanya tanpa mempersoalkan 'kekurangannya'.
Sebagaimana diri kita, demikian juga makhluk lain,
Sebagaimana makhluk lain, demikian juga diri kita.
Dengan memikirkan mereka, dengan membandingkan mereka,
Tidak seharusnya kita saling berselisih, bertengkar,
Dan membunuh atau menyebabkan hal itu.
Jumaat, 28 November 2014
Antara Sahabat, Cinta dan Rabb
Diam,
Sunyi, sepi,
Dalam kegelapan ku lihat tiada cahaya,
Menggapai angin malam yang sejuk dingin,
Aku keseorangan,
Menangis menitis airmata beku,
Bagai tiada siapa peduli,
Tapi tiada siapa ... kosong.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tetap begitu,
Buta mata, buta hati,
Tiada senyuman terukir di bibir,
Tiada ilmu terpahat di dada,
Tiada sayang menerpa di jiwa,
Bagai jasad tiada rohnya,
Begitu aku,
Biar apa di nanti,
Siapaku untuk mentafsir.
Diam,
Sunyi, sepi,
Aku masih kaku,
Dalam diam,
Sayup-sayup namaku,
Dipanggil syahdu,
Hangat mula terasa di jari jemariku,
Lantas ku toleh,
Seluruh dekat ku terasa bernyawa,
Ku rentap sentuhan itu,
Setelah terpampang suatu wajah,
Seorang yang bergelar lelaki.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tiada lagi,
Salam dihulur, persahabatan di minta,
Kusambut mesra, Hariku berseri,
Hidupku bermakna,
Alhamdulillah kupanjat kesyukuran,
Anugerah seorang insan,
Bernama sahabat.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tiada lagi,
Berteman sahabat,
Tanpa kusedari cinta terpatri,
Bermunajat ku pada Ilahi,
Apakah semua ini,
Setakat khayalan atau hakiki.
Diam,
Sunyi, sepi,
Menerjah kembali,
Kala aku berteleku kepada-Mu,
Meminta petunjuk,
Kepada suatu keputusan,
Kepastian menjelma,
Untukmu sahabat,
Maaf ku pinta,
Aku belum bersedia,
Pada cinta yang sementara cuma,
Cintaku kini hanya pada ya-Rabbi,
Penciptaku yang Esa,
Yang memberi anugerah,
Mengenal erti Cinta dan Sahabat,
Terima Kasih Ya-Rabb.
Antara sahabat, cinta dan Rabb,
Kecintaanku kini hanya Pada-Mu.
Sunyi, sepi,
Dalam kegelapan ku lihat tiada cahaya,
Menggapai angin malam yang sejuk dingin,
Aku keseorangan,
Menangis menitis airmata beku,
Bagai tiada siapa peduli,
Tapi tiada siapa ... kosong.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tetap begitu,
Buta mata, buta hati,
Tiada senyuman terukir di bibir,
Tiada ilmu terpahat di dada,
Tiada sayang menerpa di jiwa,
Bagai jasad tiada rohnya,
Begitu aku,
Biar apa di nanti,
Siapaku untuk mentafsir.
Diam,
Sunyi, sepi,
Aku masih kaku,
Dalam diam,
Sayup-sayup namaku,
Dipanggil syahdu,
Hangat mula terasa di jari jemariku,
Lantas ku toleh,
Seluruh dekat ku terasa bernyawa,
Ku rentap sentuhan itu,
Setelah terpampang suatu wajah,
Seorang yang bergelar lelaki.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tiada lagi,
Salam dihulur, persahabatan di minta,
Kusambut mesra, Hariku berseri,
Hidupku bermakna,
Alhamdulillah kupanjat kesyukuran,
Anugerah seorang insan,
Bernama sahabat.
Diam,
Sunyi, sepi,
Tiada lagi,
Berteman sahabat,
Tanpa kusedari cinta terpatri,
Bermunajat ku pada Ilahi,
Apakah semua ini,
Setakat khayalan atau hakiki.
Diam,
Sunyi, sepi,
Menerjah kembali,
Kala aku berteleku kepada-Mu,
Meminta petunjuk,
Kepada suatu keputusan,
Kepastian menjelma,
Untukmu sahabat,
Maaf ku pinta,
Aku belum bersedia,
Pada cinta yang sementara cuma,
Cintaku kini hanya pada ya-Rabbi,
Penciptaku yang Esa,
Yang memberi anugerah,
Mengenal erti Cinta dan Sahabat,
Terima Kasih Ya-Rabb.
Antara sahabat, cinta dan Rabb,
Kecintaanku kini hanya Pada-Mu.
Kenapa Derhakai Ibumu ?
Aku senang melihat Bonda didepan mataku
Aku gembira duduk disampingnya tanpa berkata apapun
Berada dekatnya, sudah cukup rahmat Allah melimpah
Namun, dari kejauhan aku melihat
Seorang anak, dengan lantang meninggikan suara dihadapan ibunya
Aku tidak betah
Ingin sahaja aku memberikan buah pukul kepada anak tersebut
Namun, Islam tidak ajar cara begitu
Aku orang Islam, tidak boleh ikut nafsu semata
Aku melangkah ke arah ibu tua itu
Dia merintih , menanggis diperlakukan sedemikian
Kenapa Wahai Ibu Tua?
Anak aku tidak terima aku yang miskin hina
Sebab itu dia menghalau aku jauh dari hidupnya
AllahuAkbar.
Wahai anak yang sudah besar panjang
Syaitan apakah yang merasuk fikiranmu
Sehinggakan ibu yang banyak berjasa itu
Kau tendang jauh dari hidupmu
Apa jiwamu sudah besar berdepan dengan api neraka?
Kenapa pada ibumu kau lemparkan derhaka
Apa kau sudah lupa segala makan minum mu
Siapa yang bersusah payah memikirkan dan menyediakan
Kau sudah lupa siapa?
Kau sudah lupa pada ayat ini
Ayat cinta dari Allah
Pada ayat 17 surah al-Ahqaf
Aku sayang pada ibumu yang tua itu
Dia insan mulia bagi berbudi
Dan aku sangat kasihan padamu
Apakah hari esok kau masih menyedari kesilapanmu
Kenapa kau derhakai ibu tua itu
Apakah kerana engkau malu punya ibu seperti itu
Tua, miskin dan tidak setaraf denganmu.
Haha. Kau lupa, kau lagi hina
Aku menangis. Menangis kerana manusia seperti kau
Yang sanggup memperlakukan ibumu seperti itu
Kunci syurga bagimu, Allah sudah berikannya kepada ibumu
Engkau sudah buang ibumu
Maka dapatkah lagi engkau untuk memasuki syurga
Itu, pada ibumu yang kau katakan hina
Ada kunci di sana
Kenapa derhakai ibu
Kembalilah kepadanya
Kucup kedua belah kakinya
Sebelum kau terlambat melakukannya
Wahai anak dirasuk syaitan
Kenapa diderhakai ibu
Sedangkan kau punya jiwa yang kecil !
Hatiku Milik-Nya
Jemari kemas menggengam pena,
Melakar karya cinta pada-Nya,
Fikiran lemas tipuan buana,
Inilah puisi hatiku milik-Nya.
Hati tunduk mengabdikan diri,
Jiwa teguh ujian Ilahi,
Tarbiah nafsu didik peribadi,
Insan soleh tetamu syurgawi.
Mata melirik semesta duniawi,
Telingan mendengar zikir yang suci,
Akal mentafsir yang tersurat,
Naluri menyingkap yang tersirat.
Susuri jalan yang satu,
Redahi ujian dalam rahmat-Nya,
Semakin berpadu cahaya kasih-Nya,
Benarlah kini, hatiku milik-Nya.
Mencari cinta ku temui noktah,
Mencari rindu ku temui sendu,
Mencari kasih ku temui sedih,
Mencari gembira ku temui lara.
Kian tercipta denai cinta,
Bisa terlukis hamparan rindu,
Moga terlakar gelombang kasih,
Agar terpahat lukisan gembira.
Pena ini terus bertinta,
Menanti ilham menukil kata,
Hatiku ini tetap milik-Nya,
Dari azali hingga akhir nyawa.
Apa Yang Kau Cari
Apa yang kau cari
Dalam mimpi penuh ilusi
Dalam jiwa tanpa gusar
Tanya hati kemana pergi
Kerna jalan penuh liku dalam cabaran
Apa yang kau cari
Untuk subuh ynag mungkin terakhir kali
Tenangkan hati pergi hadapi Ilahi
Semurni hati jiwa mungkin tercarik lagi
Tenanglah diri kuat tepis godaan ini
Untuk apa-apa yang kau cari
Bernarkah itu yang kau kejari
Tipu daya iblis hanya jambatan rapuh bertahtakan intan
Kenali diri melalui perkenalan dengan Ilahi
Agar kau bisa mandiri
Agar kau teguh berdiri
Sembunyikan dukamu dalam senyum manis wajahmu
Kerna apa yang kau cari bukan untuk kau kesali
Apa yang kau cari itu untukmu di sana nanti
Sebagai pelindung dalam dakapan kasih Ilahi
Kejarlah apa yang kau cari
Dalam mimpi penuh ilusi
Dalam jiwa tanpa gusar
Tanya hati kemana pergi
Kerna jalan penuh liku dalam cabaran
Apa yang kau cari
Untuk subuh ynag mungkin terakhir kali
Tenangkan hati pergi hadapi Ilahi
Semurni hati jiwa mungkin tercarik lagi
Tenanglah diri kuat tepis godaan ini
Untuk apa-apa yang kau cari
Bernarkah itu yang kau kejari
Tipu daya iblis hanya jambatan rapuh bertahtakan intan
Kenali diri melalui perkenalan dengan Ilahi
Agar kau bisa mandiri
Agar kau teguh berdiri
Sembunyikan dukamu dalam senyum manis wajahmu
Kerna apa yang kau cari bukan untuk kau kesali
Apa yang kau cari itu untukmu di sana nanti
Sebagai pelindung dalam dakapan kasih Ilahi
Kejarlah apa yang kau cari
Selasa, 21 Oktober 2014
Harga Setuang Cinta
Tenggelam relung dadaku dalam syahdu,
Titis mutiara jatuh berderai derai,
Mengukur layakkah diri menerima nikmat cinta sejati darimu Ya Tuhanku,
Dengarlah bisikan doaku dalam sujud sembah pada-Mu...
Aku yang menghitung luka-luka parah,
Menyelar tiap ketenangan pada angin lalu,
Aku yang mengadu domba pada alam,
Menyaksikan sang bulan memuntahkan darah merah...
Tempiasnya mengukir parut-parut duka,
Kebeningan malam mencucuk sanubari,
Dalam dakapan rindu aku tersungkur jatuh tersembam,
Meraba raba mencari erti sebuah kasih sayang...
Apakah ini harga yang harus kubayar untuk setuang cinta dari-Mu Tuhanku?
Kehibaan aku merangkak menjilat noda yang menjerat jiwa,
Pada parah yang mencengkam hati nan luluh,
Dalam menghidang cinta buat penciptaku...
Titis mutiara jatuh berderai derai,
Mengukur layakkah diri menerima nikmat cinta sejati darimu Ya Tuhanku,
Dengarlah bisikan doaku dalam sujud sembah pada-Mu...
Aku yang menghitung luka-luka parah,
Menyelar tiap ketenangan pada angin lalu,
Aku yang mengadu domba pada alam,
Menyaksikan sang bulan memuntahkan darah merah...
Tempiasnya mengukir parut-parut duka,
Kebeningan malam mencucuk sanubari,
Dalam dakapan rindu aku tersungkur jatuh tersembam,
Meraba raba mencari erti sebuah kasih sayang...
Apakah ini harga yang harus kubayar untuk setuang cinta dari-Mu Tuhanku?
Kehibaan aku merangkak menjilat noda yang menjerat jiwa,
Pada parah yang mencengkam hati nan luluh,
Dalam menghidang cinta buat penciptaku...
Khamis, 9 Oktober 2014
Kasihku Dalam Diam
Di sudut sepi,
Aku termenung sendiri,
Hati bertalu lontarkan pertanyaan,
Otak ligat mencari jawapan.
Hati ini telah dicuri,
Hati ini dipaut sepi,
Aku gusar ianya satu dosa,
Mencintainya tika aku mencari keredhoanNya.
Ya Allah,
Berkali engkau pertemukan kami,
Berlalu berselisih bahu sudah selalu,
Engkau tetapkan kami di suatu tempat,
Namun peluang itu kami masih asing.
TakdirMu melebihi segalanya,
Kami bertemu jua akhirnya,
Mula berkenalan dan jatuh hati,
Ianya berlaku tanpa kami minta,
Ianya jauh tersimpan di sudut hati.
Aku merindui, aku menangisi,
Aku mengadu padaNya memohon kekuatan,
Mencintai dalam diam amatlah perit,
Rasanya seperti ditoreh dengan belati.
Dia menolak aku dengan sopan,
Mencari cintaMu dahulu sebagai alasan,
Aku tersenyum walaupun terkilan,
Sesungguhnya Allah lebih Mengetahui.
Aku bersyukur dengan rasa ini,
Aku bersyukur dipertemukan dengan dia,
Dia membuat aku mencariNya,
Dia membuat aku lebih cintakanNya.
Hatiku tenang saatku mengadu padaNya,
Sesungguhnya Dia sebaik-baik pendengar,
Andai dia jodohku,
Pertemukan kami semula bila tiba masanya.
Amin.
Sabtu, 4 Oktober 2014
Persoalan Ibadat Korban Di Aidiladha
Pada 5 Oktober 2014 bersamaan 10 Zulhijjah 1435, umat Islam akan menyambut Hari Raya Aidiladha bagi meraikan kejayaan sebilangan saudara seagama mengerjakan ibadat haji di Makkah. Bagi umat Islam yang tidak mengerjakan ibadat haji, lazimnya mereka akan mengadakan aktiviti kunjung-mengunjung atau rumah terbuka untuk mengeratkan tali silaturrahim sesama Islam.
Selain itu, Hari Raya Aidiladha turut disambut dengan melaksanakan ibadat korban iaitu akan disembelih binatang seperti unta, lembu atau kambing bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Ibadat korban ini bertepatan dengan dalil al-Quran dan hadis berikut yang bermaksud :
Maka dirikanlah solat kerana Tuhanmu dan berkorbanlah.
(Surah al-Kauthar:Ayat 2)
Nabi S.A.W telah berkorban dengan menyembelih dua ekor kibaay yang berwarna putih dan bertanduk. Baginda sendiri yang menyembelih kedua-duanya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir sambil meletakkan kakinya di atas tengkok kibaay tersebut.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Erti Pengorbanan
Antara hikmah ibadat korban ialah untuk menghidupkan erti pengorbanan yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS ketika Allah memerintahkan Baginda menyembelih anaknya Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim tidak teragak-agak untuk melaksanakan perintah Allah tersebut, tetapi Allah telah menggantikan sembelihan tersebut dengan seekor kibas. Keimanan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika melaksanakan perintah Allah ini menjadikan ibadat korban mempunyai hikmah tersendiri untuk dihayati oleh setiap orang Islam.
Ukhwah Islamiah yang Utuh
Selain itu, ibadat korban juga mengandungi pengertian untuk mendidik umat Islam agar mereka tidak melupakan golongan fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan bantuan setelah Allah berikan rezeki kepada mereka. Ibadat korban turut melahirkan kegembiraan dan perasaan kasih sayang sesama sanak-saudara dan jiran tetangga yang hadir untuk bersama-sama kita bergotong-royong melaksanakan Ibadat korban. Dengan itu akan lahirlah sebuah ikatan persaudaraan Islam yang kuat antara individu dan masyarakat.
Hukum Ibadah Korban
Menurut majoriti ulama dan mazhab Shafiee, hukum korban adalah sunat muakkad (sunat yang dituntut) bagi orang Islam yang berkemampuan. Namun ia boleh menjadi wajib dengan dua sebab: Pertama, apabila seseorang itu mengisyaratkan kepada binatang miliknya yang sesuai untuk dikorbankan seperti menyatakan "ini adalah korbanku" atau "aku akan korbankan binatang ini".
Kedua, apabila seseorang itu bernazar atau mewajibkan dirinya melaksanakan korban untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti menyatakan "wajib bagi aku korban kerana Allah".
Binatang yang disyariatkan untuk dikorbankan adalah unta, lembu dan kambing. Selain ketiga-tiga binatang ini, tidak sah melakukan korban dengan binatang lain. Ini berdasarkan firman Allah yang bermaksud:
Dan bagi setiap umat kami syariatkan penyembelihan (korban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternakan yang telah direzekikan Allah kepada mereka.
(Surah al-Hajj:Ayat 34)
Menurut ulama, perkataan binatang ternakan dalam ayat di atas bermaksud unta, lembu dan kambing. Selain itu, tidak pernah diriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W melakukan korban selain daripada tiga jenis binatang tersebut. Oleh itu, binatang paling afdhal (terbaik) ialah unta, kemudian lembu atau kerbau dan kemudian kambing.
Seekor unta atau lembu boleh dibahagikan kepada tujuh bahagian. Maka harus melaksanakan korban dengan mengambil satu bahagian daripada tujuh bahagian itu. Manakala kambing pula tidak boleh dibahagikan seperti unta dan lembu.
Waktu Korban
Waktu korban bermula selepas terbit matahari Hari Raya Aidiladha iaitu selepas dilaksanakan solat sunat hari raya dan selesai mendengar khutbah. Manakala tempoh mengadakan korban berakhir setelah terbenam matahari pada akhir hari tasyrik iaitu 13 Zulhijjah. Sepanjang tempoh tersebut, umat Islam boleh melakukan korban bila-bila masa sahaja, namun korban pada waktu malam kurang digalakkan.
Daging Korban
Sekiranya korban tersebut adalah korban wajib atau nazar, maka tidak harus bagi orang yang melakukan korban dan mereka di bawah jagaannya memakan daging korban tersebut. Jika salah seorang daripada mereka memakan sedikit daging korban itu, daging korban itu hendaklah diganti semula dengan daging lain atau dibayar dengai nilaian daging yang dimakan.
Namun sekiranya korban tersebut adalah korban sunat, maka harus bagi orang yang melakukan korban itu memakan mengikut kadar yang dikehendakinya dengan syarat dia hendaklah bersedekah sedikit daripada daging korban itu. Manakala paling afdhal ialah memakan sedikit sahaja daging korban itu untuk keberkatan dan bakinya yang lain disedekahkan. Oleh itu, harus bagi orang yang melakukan korban itu memakan satu pertiga daripada bahagiannya, satu pertiga lagi disedekahkan kepada fakir miskin dan satu pertiga lagi dihadiahkan kepada sahabat handai dan jiran tetangga walaupun mereka orang kaya.
Daging korban yang dihadiahkan kepada orang kaya hanya boleh dimakan dan mereka tidak boleh menjualnya. Manakala daging korban yang diberikan kepada fakir miskin tidak terikat dengan syarat ini. Maka mereka boleh memakan atau menjual daging tersebut mengikut kehendak mereka.
Kulit Binatang Korban
Bagi orang yang melakukan korban, mereka boleh sedekahkan kulit binatang korban itu atau dimanfaatnya untuk dirinya sendiri. Tetapi tidak boleh dijual atau diberikan kepada penyembelih binatang korban itu sebagai upah kepada sembelihannya. Ini kerana perbuatan memberi upah dengan cara sebegitu boleh menyebabkan kekurangan pada binatang korban dan merosakkan ibadat korbannya. Namun jika pemberian tersebut bukan atas dasar upah kerana orang yang melakukan korban telah memberikan wang sebagai upah kepada penyembelih, maka pemberian kulit dan sebagainya lagi tidak menjadi kesalahan, lebih-lebih lagi penyembelih adalah orang fakir miskin. Ini bertepatan dengan hadis berikut yang bermaksud:
Rasulullah SAW telah memerintahkan aku (Ali RA) menyembelih unta-unta Baginda (sembelihan korban ketika haji). Baginda memerintahkan agar aku sedekahkan daging, kulit dan apa yang menutupi belakang unta-unta itu (seperti pelana dan seumpamanya). Baginda juga memerintahkan agar aku tidak memberikan kepada al-Jazzar (penyembelih dan pelapah daging) sedikit pun daripadanya.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Manakala antara sunat-sunat ibadat korban seperti: Disunatkan orang yang melakukan korban menyembelih binatang korbannya sendiri, jika dia tidak mampu maka hendaklah dia hadir menyaksikan sembelihan itu dan disunatkan bagi pemerintah melakukan korban menggunakan harta Baitul Mal bagi pihak orang-orang Islam.
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai persoalan yang berkaitan dengan ibadat korban yang akan dilaksanakan pada esok hari (Hari Raya Aidiladha). Semoga dengan penjelasan ini akan meningkatkan mutu ibadat korban kita berbanding tahun-tahun sebelumnya. In syaa Allah.
Wallahualam.
Khamis, 2 Oktober 2014
Kisah Tentang Bintang...
Dia sangat merinduiku
Ketika aku muncul menghiasi langit
Dia tersenyum merenungku
Di antara beribu bintang
Aku menjadi temannya
Dia berkata..
Ya Allah izinkan bintang yang satu itu menjadi temanku
Yang sentiasa menghiburkan dengan kerlipan
Yang sentiasa menerangi cahaya kegembiraan
Pada suatu ketika
Aku tidak muncul menemani malamnya
Aku berselindung di balik awan nan hitam
Sedang Allah memberi sang hujan untuk menyirami bumi
Aku melihat di celah-celah awan hitam
Dia sedih, melihat hujan dan awan hitam
Dia mencari-cari ku di semua sudut langit
Aku melihat dia sunyi...
Suram dalam sepi
Seolah-olah tidak senang dengan sang hujan
Dia berkata
Ya Allah munculkan bintang yang satu itu
Jika dia bersembunyi di balik awan hitam
Alihkanlah agar mudah ku memandang
Jika hujan penyebab cahaya bintang padam
Hentikan hujan agar dapat terus ku melihat sinar cahayanya
Jika aku bisa berkata-kata
Aku ingin berkata kepadanya
Wahai temanku
Aku juga merindumu
Tapi malam ini bukan milik ku
Allah yang mengaturnya
Kadang kala...
Allah tidak memberikan bintang menemani mu
Tapi Dia mengantikan dengan yang lain
Lebih baik dari bintang iaitu hujan
Yang bisa memberikan kesejukan di jiwamu
Juga membasahi kemarahan dan egoanya mu,
Cubalah menjadi temannya.
Jika suatu saat aku tidak muncul lagi...
Jangan pernah engkau menyalahkan takdir ini
Percayalah semuanya sudah di atur oleh Ilahi
Segala apa yang diberikan pada mu AllahLebih Mengetahui.
Dan itu jualah yang terbaik buat diri
Laa Tahzan, InnaAllah Ma'ana
Tuhan yang beri kita rezeki, dan hanya Dia yang berkuasa mengambilnya semula. Musibah datang dalam pelbagai cara. Musibah dan ujian merupakan tarbiyah daripada Allah bagi mereka yang celik hati dan akalnya.
Bila diuji, bagaimana penerimaan kita terhadap musibah tersebut? Apakah kita menerima ujian dari-Nya dengan hati yang terbuka, berlapang dada dan kembali muhasabah diri, memperbaiki kelemahan diri dan meningkatkan lagi amalan seharian...?
Jarang sekali kita bersyukur dengan ujian yang diberikan. Sedangkan mungkin juga, ujian itu merupakan salah satuperingatan kepada kita, supaya kembali dekat kepada-Nya, agar perbanyakkan amalan kepada-Nya, menadah tangan bermohon doa kepada Dia.
Kerana Dia kasihkan kita. Sekali-sekala Dia 'mengejutkan' kita dari lena yang panjang. Menyedarkan kita dari kealpaan dan kelalaian.
Kerana semuanya milik Dia. Dia memberi kepada sesiapa yang Dia ingini. Maka, bila Allah menguji kita dengan rezeki yang kita miliki. Buka mata. Muhasabahlah, periksa dan koreksi diri sendiri.
Peringatan buat diri saya sendiri adanya. Muhasabah diri sendiri. Mungkin ada sesuatu yang tidak kena, sesuatu yang bukan pada tempatnya yang telah kita lakukan oleh Allah mahu 'menegur' kita dengan cara tersebut.
Dah nak dekat raya, Allah datangkan ujian ruma terbakar di Karamunting, Sandakan, Sabah. Moga sabar menghadapinya. Saya ucapkan takziah buat keluarga mangsa yang terlibat dalam kebakaran petang tadi. Setiap ujian pasti ada hikmahnya.
Diriku Hamba Senja
Dalam kelewatan ini
Aku menjelajah kesepian
Meneroka seribu makna yang membawa aku
Ke satu daerah kesunyian..
Meronta jiwa palsu
Menafikan rindu ini milik dia
Mengagung kasih pada hambanya
Melerai kelekaan cinta buat zaujah
Sehingga kulupakan anugerah itu milik Dia..
Menteri senja mengejut aku dari lamunan
Khabar usiaku bukan mainan
Kutoleh ke belakang
Ya Allah, aku tiada bekalan buat masa hadapan..
Adakah sinar buat aku lagi???
Adakah mentari pagi bakal bersua lagi???
Sesungguhnya rindu yang aku labuhkan
Bukan pada tempatnya..
Cinta yang aku persembahkan
Bukan pada miliknya
Hanya sendu aku milik Dia
Saat kesedihan kuratap padanya..
Ampunkan kejahilan diri ini
Anugerahkan aku mentari lagi
Agar esok aku mampu berdiri
Menyulam cinta sejati
Menyemai kasih abadi
Jika esok tiada lagi buat hamba senja ini
Adakah hamba ini dalam payungan rahmat-Nya??
Mungkin juga belas dari Nya
Siapa tahu dia pemilik jiwa
Yang pasti malam ini milik hamba
Kesempatan ini aku menghamba jiwa
Melabuh cinta
Agar Dia menghapus dosa.
Rabu, 1 Oktober 2014
Mencari Sakinah
Ya Allah
Terkadang pada suatu saat
Aku berjalan dengan semangat
Dan aku merasa sangat kuat
Namun terkadang
Aku didatangi ujian yang sangat hebat daripadaMu
Aku rebah seketika
Namun, Kemudian aku bangun
Kemudian
Sekali lagi
Ada tiupan angin badai
Aku terjatuh kali kedua
Namun, aku bangkit lagi!
Aku bangun
Dan berjalan
Berjalan tanpa henti
Sehingga haus tapak kaki
Namun aku terus berjalan dan berjalan
Aku
Abid Ar-Rahman
Seorang insan bertemankan Tuhan setiap waktu
Ada suatu ketika
Aku dirudung permasalahan jiwa
Membuatkan jiwaku terasa lemah
Lemahnya tarbiyahku
Namun
Allah selalu menghantarkan aku
Kalam-kalam sakinahnya...
"Sang abid
Mengapakah duhai sayangku
Dikau bersedih sedang aku di sampingmu?"
Aku memulakan bicaraku...
"Ya Rabbi
Sedang tika ini Kau masih bersamaku,
Menyebabkan aku terasa sayu
Ya Rabbi
Engkau tahu apa yang terkelumit di dalam qalbuku
Sedang seisi dunia tidak tahu permasalahan yang terpendam di lubuk hatiku
Ya Rabbi
Kehadiranmu selalu menanamkan bibit-bibit sakinah ke dalam jiwaku yang goyah ini
Bagaimanalah aku tanpaMu
Di saat aku merasa sendiri
Aku berjalan
Mencari sekelumit sinar cahaya
Menemukan ubat penebus dan pelentur dosa
Muhasabah diriku ku susun
Menjadikan ubat jiwa yang resah nan mentah ini
Moga Engkau sentiasa melindungiku
Sampai SyurgaMu..."
Terkadang pada suatu saat
Aku berjalan dengan semangat
Dan aku merasa sangat kuat
Namun terkadang
Aku didatangi ujian yang sangat hebat daripadaMu
Aku rebah seketika
Namun, Kemudian aku bangun
Kemudian
Sekali lagi
Ada tiupan angin badai
Aku terjatuh kali kedua
Namun, aku bangkit lagi!
Aku bangun
Dan berjalan
Berjalan tanpa henti
Sehingga haus tapak kaki
Namun aku terus berjalan dan berjalan
Aku
Abid Ar-Rahman
Seorang insan bertemankan Tuhan setiap waktu
Ada suatu ketika
Aku dirudung permasalahan jiwa
Membuatkan jiwaku terasa lemah
Lemahnya tarbiyahku
Namun
Allah selalu menghantarkan aku
Kalam-kalam sakinahnya...
"Sang abid
Mengapakah duhai sayangku
Dikau bersedih sedang aku di sampingmu?"
Aku memulakan bicaraku...
"Ya Rabbi
Sedang tika ini Kau masih bersamaku,
Menyebabkan aku terasa sayu
Ya Rabbi
Engkau tahu apa yang terkelumit di dalam qalbuku
Sedang seisi dunia tidak tahu permasalahan yang terpendam di lubuk hatiku
Ya Rabbi
Kehadiranmu selalu menanamkan bibit-bibit sakinah ke dalam jiwaku yang goyah ini
Bagaimanalah aku tanpaMu
Di saat aku merasa sendiri
Aku berjalan
Mencari sekelumit sinar cahaya
Menemukan ubat penebus dan pelentur dosa
Muhasabah diriku ku susun
Menjadikan ubat jiwa yang resah nan mentah ini
Moga Engkau sentiasa melindungiku
Sampai SyurgaMu..."
Fitrah Sebuah Kehidupan
Perpisahan.
Apa yang istimewanya perpisahan ini sampaikan terlalu banyak orang bercakap tentangnya? Di mana lebihnya perpisahan ini sehingga banyak airmata gugur kerananya?
Bukankah pertama kali kita dipertemukan oleh Allah, kita telah tahu kita akan berpisah? Bahkan sebelum bertemu lagi kita sudah tahu akan fitrah ini. Tapi mengapa?
Mari semua. Mari bayang wajah-wajah orang-orang yang paling kita sayang dan cinta. Senaraikan nama-nama mereka do atas satu kertas, dan simpan dalam dompet supaya senang dibawa kemana-mana. Lihat. Nescaya sampai satu ketika, kertas itu akan dilupakan kewujudannya.
Bila diingati semula nanti, hati mungkin akan terusik dek kenangan. Kenangan tentang airmata yang pernah tumpah, tentang senyum yang pernah terukir, tentang cinta yang pernah ada.
Bila diingat semula nanti, kertas itu sudah menjadi rapuh, kekuningan, hampur koyak, dan hati kita tak akan lagi berfikir tentang isinya. Cuma yang harus kita fikirkan - apa kesannya untuk perjalanan hidup kita? Untuk Dunia dan Akhirat kita? Sedikit sekali. Atau mungkin memang tiada.
Resam air.
Di dunia, air bersifat lembut an menyenangkan. Bila ia mengena tubuh kita, saat kita bangun dari lena dan bersuci, ternyata ia melegakan. Tubuh jadi segar dan hati jadi bersemangat untuk memulakan hidup yang baru.
Di dunia juga, bila kita diuji dengan kesedihan, kita seperti seorang yang terjaga dari tidur. Tubuh yang tidak bermaya, semangat yang pudar, seakan dikejut oleh luahan airmata. Terasa lega bila dapat melepaskan sesuatu yang terpendam tanpa perlu berkata-kata.
Ada orang mengambil semangat dari airmata. Fitrah.
Tidakkan Rasulullah S.A.W mengalirkan airmata di saat kematian anak, isteri dan bapa saudara Baginda? Fitrah.
Manusia diciptakan lemah dan pelupa, jadi kita selalu berdosa. Atas dasar ini, para ulama tidak malu untuk hidup dengan airmata. Airmata yang mengalir kena pada tempat, tepat pada ayat, lantas membuatkan mereka kuat.
Kita bukan Nabi untuk jadi manusia sempurna. Kita tidak terperlihara dari dosa. Kita tak kuat untuk mengaku begitu tabah dan ego untuk tidak menangis. Kita hanya pedatang biasa yang singgaj sebentar di Dunia. Dalam perjalanan ini, kita mungkin bertemu dengan pelbagai ragam. Akan ada rasa sayang di setiap tempat yang kita ukirkan. Pada beberapa benda yang berharga menurut pandangan kita, kita akan tumpahkan cinta padanya, antara benda berharga itu adalah manusia.
Kalau dilihat dari sudut dunia, semakin kita beri semakin kita akan kekurangan. Seperti gelas yang diminum airnya, ruang-ruang kosong di dalam gelas itu juga akan kurang. Sebelum kita menumpahkan air mata, fikirkan apa urusan kita - Dunai dan Akhirat.
Adakah di Akhirat, ia akan kekal dengan sifat airnya yang tenang dan memadamkan? Mampukah air mata tadi memadamkan api-api neraka jika ia bukan tumpah untuknya? Air hanya berguna jika disimbah untuk memadamkan api. Bukan di semua tempat air memadam dan menenangkan. Ada ketika, air tidak boleh memadamkan bahkan api semakin lahap dan lahab (menjulang). Orang yang terluka dan cedera juga tak boleh terkena air.
Syariat memahami. Lalu memberi kelonggaran untuk menggunakan debu sebagai ganti. Dari sudut mana debu itu nampak bersih, apatahlagi membersihkan? Jauh lagi menghembuskan ketenangan. Lalu untuk apa?
Hikmah yang tersirat.
Sepertimana kita tak tahu hakikat debu itu sehingga boleh menggantikan air, kita juga takkan tahu banyak benda. Kita bahkan tak ada kekuatan untuk memahami keperluan diri. Lalu bila Allah sempurnakan sesuatu untuk kita, tak perlu kita membantah.
Mungkin antara hikmahnya, Allah ingin kita jadi seorang hamba yang mengaku hamba. Bila disuruh buat, kita mesti taat! Ketahui, dan percaya bahawa kehidupan ini urusan Allah.
Perpisahan ini, walau menyedihkan, walau menumpahkan air mata, sama-sama kita berpesan. Jangan sampai kita jadi seperti si jahil yang cuba mempersoal.
"Untuk apa pertemuan, kalau kita ditakdirkan untuk berpisah"
Selasa, 30 September 2014
Bicara Perjuangan
Perjuangan menuntut pengorbanan
Pengorbanan menuntut kesabaran
Kesabaran mencasbar jiwa
Andai sabar tiada
Jiwa menjadi derita
Hati menjadi layu
Senyuman tak semanis madu
Aku, kau dan dia
Punya perjuangan sendiri
Aku dengan perjuangan aku
Kau dengan perjuangan kau
Dia dengan perjuangan dia
Namun matlamat kita sama
Berjuang menempa jaya
Andai gagal di akhir perjuangan
Usah ditangisi
Mungkin itu takdir
Tanpa kegagalan takkan tercipta
Sebuah kejayaan
Sebuah kenangan
Hidup dengan kenangan tak salah
Namun jangan melampau batasan
Jadikan kenangan sebagai sempadan
Untuk menilai diri
Membaiki diri
Semoga perjuangan dan kejayaan
Sentiasa utuh berpadu
Perjuangan tak lengkap tanpa kejayaan
Kejayaan jua tak manis
Tanpa sebuah kegagalan
Pengorbanan menuntut kesabaran
Kesabaran mencasbar jiwa
Andai sabar tiada
Jiwa menjadi derita
Hati menjadi layu
Senyuman tak semanis madu
Aku, kau dan dia
Punya perjuangan sendiri
Aku dengan perjuangan aku
Kau dengan perjuangan kau
Dia dengan perjuangan dia
Namun matlamat kita sama
Berjuang menempa jaya
Andai gagal di akhir perjuangan
Usah ditangisi
Mungkin itu takdir
Tanpa kegagalan takkan tercipta
Sebuah kejayaan
Sebuah kenangan
Hidup dengan kenangan tak salah
Namun jangan melampau batasan
Jadikan kenangan sebagai sempadan
Untuk menilai diri
Membaiki diri
Semoga perjuangan dan kejayaan
Sentiasa utuh berpadu
Perjuangan tak lengkap tanpa kejayaan
Kejayaan jua tak manis
Tanpa sebuah kegagalan
Berubah
"Aku adalah sepertimana sangkaan hamba-Ku, dan Aku bersama dengannya ketika ia mengingati Aku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, Aku ingat kepadanya di dalam hati-Ku. Dan jika ingat kepada-Ku di khayalak ramai, nescaya Aku pun ingat kepadanya dalam khayalak ramai lebih baik. Dan jika ia mendekati kepada-Ku sejangkal, Aku pun mendekatinya sehasta. Dan jika ia mendekati-Ku sehasta, nescaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku datang kepadanya sambil berlari." Hadith Qudsi riwayat Syaikhan, Tirmidzi dan Abu Hurairah R.A
Tika ditanya tentang perubahan
Pastinya berat melangkah ke alam baru
Sunnah alam untuk berputar berubah
Begitu juga insan
Yang membentuk sebahagian isi alam
Bukan sifatnya Muslim untuk berada di takuk lama
Sejenak melangkah ke baru
Lumrah untuk merasa tergamam
Kerana setiap pilihan hadirnya
Bersama tanggung dan jawab
Tapi itu hanya sementara,
Jangan terlalu lama berdiri tergamam
Teruskan melangkah ke hadapan
Tinggal saja ketakutan mu di belakang
Terus melangkah dengan harapan
Menuju ke pintu harapan
Di antara khauf (takut) dan rajaa' (pengharapan)
Teruskanlah melangkah ke arah TuhanMu,
Ibtisaman, senyum pada takdiranNYA
Cukuplah Dia sebagai Penolong,
Dan Dialah sebaik-baik pelindung . . . ALLAH
Tika ditanya tentang perubahan
Pastinya berat melangkah ke alam baru
Sunnah alam untuk berputar berubah
Begitu juga insan
Yang membentuk sebahagian isi alam
Bukan sifatnya Muslim untuk berada di takuk lama
Sejenak melangkah ke baru
Lumrah untuk merasa tergamam
Kerana setiap pilihan hadirnya
Bersama tanggung dan jawab
Tapi itu hanya sementara,
Jangan terlalu lama berdiri tergamam
Teruskan melangkah ke hadapan
Tinggal saja ketakutan mu di belakang
Terus melangkah dengan harapan
Menuju ke pintu harapan
Di antara khauf (takut) dan rajaa' (pengharapan)
Teruskanlah melangkah ke arah TuhanMu,
Ibtisaman, senyum pada takdiranNYA
Cukuplah Dia sebagai Penolong,
Dan Dialah sebaik-baik pelindung . . . ALLAH
Sabtu, 27 September 2014
Manisnya Tahajud
"Malam itu gelap gelita tetapi ia amat indah. Di muka langit bertaburang bintang-bintang yang berkelipan, disisi bulan yang terang benderang. Untuk apakah Allah jadikan malam? Ada waktu malam yang dihiasi dengan munajat kepada Allah dan ada malam yang dihiasi dengan derhaka kepada Allah. Jadi malam itu tidak sentiasa indah dan permai kerana ia bergantung kepada penghuni-penghuninya.
Bagi orang-orang yang soleh merindui malam ibarat pengantin menanti malam pertama. Kerana pada waktu malam untuk mereka bermesra-mesra dengan Tuhannya. Pada waktu malam tiada kebisingan kecuali mereka mengadu dan bermunajat kepada Tuhannya.
Kalau sepasang kekasih mencari waktu malam untuk memadu kasih, maka tidak hairan kalau orang-orang yang soleh juga menggunakan waktu malam untuk memadu cinta sejati dengan Allah. Berkata Al Fudhail bin Iyadh, "Apabila terbenam matahari maka saya gembira dengan gelap. Dan apabila terbitnya matahari maka saya berdukacita kerana datangnya manusia kepadaku!" Abu Sulaiman pula berkata, "Jikalau tidaklah kerana malam nescaya saya tidaklah menyukai tinggal di dunia ini."
Selain dari keheningan malam yang ada pada waktu malam, Allah juga menurunkan malaikat-malaikat pada malam hari untuk memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang sedang beribadah. Malaikat akan turun ke bumi mencari manusia-manusia yang menghidupkan malam dengan ibadah untuk diberi rahmat dan diaminkan doanya.
Pada waktu malam juga akan ada satu detik di mana barangsiapa yang berdoa ketika itu akan dikabulkan segala hajatnya. Solat yang didirikan pada waktu malam juga lebih banyak manfaat dan lebih pahalanya.
Sabda Rasulullah bermaksud :
"Dua rakaat yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah tidak memberi kesukaran kepada umatku, nescaya saya wajibkan kedua rakaat itu atas mereka."
Maka sebaik-baik pengisian waktu malam ialah dengan mendirikan ibadah solat. Allah memberi pandangan kepada golongan ini kerana mereka telah sanggup meninggal keselesaan beristirehat untuk bangun mengabdikan diri sebagai hamba. Di tengah-tengah kesejukan dan kedinginan malam, maka golongan ini telah membasuh diri dengan wudhuk dan berdiri serta sujud kepada Allah. Untuk melakukan perkerjaan ini bukannya mudah. Ia memerlukan kegigihan pada hati serta hidup cintanya dengan Tuhan. Sebab itu Allah menyediakan sebuah syurga bagi hamba-hambaNya yang menghidupkan malam.
Meskipun ia adalah janji dari Allah kepada kita namun kepayahan untuk menghidupkan malam lebih ketara lagi kerana syaitan turut memainkan peranan dengan bersungguh-sungguh menghalang manusia melakukannya.
Rasulullah bersabda maksudnya: "Diikat oleh syaitan di atas seseorang kamu dengan tiga ikatan apabila ia sedang tidur. Maka syaitan memukul tiap-tiap tempat ikatan tersebut sepanjang malam sehingga tertidurlah kamu. Kalau kamu terbangun dan berzikir kepada Allah nescya terbukalah satu ikatan. Kalau berwudhuk nescaya terbukalah satu ikatan lagi dan kalau bersolat nescaya terbukalah semuanya. Sehingga kamu menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak yang demikian nescaya menjadi keji jiwa dan malas."
Bila dilihat dari segi halangan-halangan yang terpaksa detempuhi oleh seseorang yang mahu menghidupkan malam dengan ibadah, maka tidak salah kalau diletakkan mereka dalam golongan manusia yang berjiwa gigih dan hidup cintanya dengan Allah. Golongan ini juga telah mewarisi perkerjaan orang-orang soleh.
Rasulullah bersabda yang bermaksud :
"Haruslah kamu bagun malam kerana itu adalah kebiasaan orang-orang soleh sebelum kamu. Sesungguhnya bangun malam adalah mendekatkan diri kepada Allah, menutup segala dosa, menghilangkan segala penyakit pada tubuh dan mencegah daripada dosa."
Bicara Tentang Hati
Pena ini mencoretkan lagi nukilan hati, berbicara dengan dinding kamar bukan kerana aku kerisauan. Aku tetap dirantaian celah-celah manusia. Namun aku tetap merasa sepi. Aku bertanya pada dinding kamar kenapa aku sunyi?
Aku bicara pada rembulan yang bersinar? Aku bertanya pada si mentari?
Kenapa aku terasa kosong benar jiwa, tiada jawapan, hanya bahasa nyanyian bisu mengiringi. Bertanya pada manusia? Gelak tawa mereka adalah tangis sedih hati yang rapuh. Aku mencari keindahan pada dunia ini. Pada seorang lelaki, lelaki itu mati. Pada segumpal wang, wang itu habis, pada sebuah jawatan, jawatan itu hilang.
Aku merantau lagi, mencari kebahagian yang abadi. Berlabuh dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Mencari apa itu yang tenang, mencari apa yang puas. Tetap jua sama. Pulang ke halaman, bersama tangan penuh debu dosa. Keindahan yang kekal abadi itu masih tidak kunjung tiba. Ramai yang berbicara dunia ini sementara, namun tidak ramai yang bersedia. Sama jua aku. Berkira hidup ini lama lagi, berdosa tidak apa.
Terlupakah kita, dengan mengingati ALLAH jiwa menjadi tenang? Kitab suci, tersedia rapi di almari, berhabuk, lusuh sedikit tidak terusik. Menanti sahabat berlabuh nyawa meninggal dunia baru terbaca. Menanti sakit derita hiba baru terucap kalimah suci itu. Baru tersedar. Bukan dinding kamar patut kita bicara, bukan pada mentari patut kita bertanya, bukan pada rembulan, bukan jua pada sekecil hamba yang hina kita bersoal, juga bukan pada bintang dan pelangi.
Sujudlah padaNya, berbicaralah dengan ALLAH tuhan segala Pencipta. Bermohonlah padaNya, mintalah padaNya, itulah kebahagian yang aku, kamu dan mereka cari selama ini.
Khamis, 25 September 2014
PENAT BELAJAR???
Penat Belajar ?
Ya.
Aku penat belajar.
Bila semua ini akan berakhir.
Aku merungut seorang diri.
Okay, Stop! Stop! Stop!
Berhenti merungut wahai sahabat. Tenangkan hati, tenangkan fikiran dan senyum. Ingatlah wahai sahabatku sekalian,
"Tidaklah aku jadikan jin dan manusia, kecuali mereka beribadah kepada Ku"
(Az-Zariyat:56)
(Az-Zariyat:56)
Belajar itu merupakan suatu ibadah menuntut Ilmu. Bersyukur kerana kita masih melakukan Ibadah kepada Allah. Lumrah sebagai seorang pelajar sememangnya sebegini, penat untuk belajar. Tapi, lagi penat jika kita belajar dan tidak amalkan Ilmu itu. Sia-sia saja apa yang kita belajar.
Biar kita penat belajar, asalkan Ilmu itu berguna. Bersyukur dengan rasa penat yang Allah hadirkan ketika belajar, setidak-tidaknya kita sedar betapa mulianya hidup ini jika berilmu. Paling penting ketika kita belajar niat di hati :
"Aku menuntut Ilmu ini Ikhlas kerana Allah Taala. Semoga aku memperolehi Ilmu yang bermanfaat"
Jangan katakan belajar ini adalah bebanan untuk kita. Susah macam manapun kita belajar, Ikhlaskan diri niat kerana Allah Taala. Disebalik kepayahan, Allah janjikan kesenangan selepas itu.
"Sesungguhnya bersama kesukaran itu kemudahan. Sesungguhnya bersama kesukaran itu kemudahan"
(Al-Insyirah:5-6)
(Al-Insyirah:5-6)
Makanya, tersenyumlah sekarang. Belajar untuk mendapatkan Ilmu. Nilai Ilmu itu sangat berharga. Biar penat belajar, asalkan senang di masa hadapan. Muhasabah diri semua !
Allah knows what is best for us, so why we complain. We always want the sunshine but He knows there must be rain
JANGAN DITANYA KENAPA...
Dulu, aku hanya lelaki biasa yang sering melakukan dosa, sibuk dengan hal duniawi. Jarang sekali aku
memikirkan hal akhirat. Sampai satu ketika, hidayah itu datang. Alhamdulillah kerana Allah memilih diriku untuk ke arahNya.
memikirkan hal akhirat. Sampai satu ketika, hidayah itu datang. Alhamdulillah kerana Allah memilih diriku untuk ke arahNya.
Di penjuru usia, aku menangisi akan semua dosa yang telah ku lakukan. Aku cuba bangkit untuk melakukan perubahan sedikit demi sedikit. Sudah pasti apabila seseorang itu melakukan penghijrahan, dugaan akan datang. Aku akur. Orang sekeliling akan sedikit merasa pelik dengan perubahan yang ada.
"Kenapa engkau berubah.."
"Kenapa alim sangat sekarang.."
"Kenapa itu dan kenapa begini ?"
Pelbagai persoalan dan respons yang akan telah ku terima. Pada kawan-kawan yang memahami, mereka hanya tersenyum dan mendoakan dalam hati. Tapi pada mereka yang seakan kurang puas hati, mereka mula mempersoalkan.
Pada mulanya aku selalu terfikir, bagaimana untul aku hadapi mereka? Sememangnya keadaan itu mulanya sedikit melemahkan aku. Aku sering menangis. Pada Allah aku luahkan. Aku mohon hati aku dikuatkan dan mohon aku istiqomah dalam melakukan perubahan. Alhamdulillah, tidak lama kemudian mereka semua senyap seolah-olah dapat menerima perubahan dari aku.
Sahabat-sahabatku, inginku suarakan rasa hati ini. "Jangan ditanya kenapa aku berubah, tetapi tanyakanlah pada diri mengapa kita perlu berubah". Manusia akan berubah bila-bila masa saja dan mereka berubah kerana untuk mendapat redha Allah. Apabila seseorang itu ingin berubah, berilah semangat kepada mereka.
Walaupun mungkin kita bukanlah muslimin yang sempurna, tapi sekurang-kurangnya setiap pertanyaan dan reaksi kita jangan sampai melemahkan orang yang ingin berubah. Perubahan itu perlu dilakukan, bukan kerana suka-suka , tapi kerana Allah. Kalau dulu kita mungkin kurang baik, kita boleh berubah untuk jadi yang lebih baik.
Adalah lebih baik kita mendoakan sahabat yang ingin berhijrah dari kita mempersoalkan perubahan itu. Dan jika kita mempersoalkan perubahan seseorang itu ibarat kita mempersoalkan itu ibarat kita mempersoalkan kepada Allah. Satu hari nanti, kalian yang lain pun akan berubah dengan izin Allah.
Berusahalah untuk mencari hidayah Allah dan sentiasa bersangka baik kepada orang lain. In syaa Allah, nikmat berhijrah pasti dirasai. Yang memakai seluar pendek akan rasa selamat bila memakai seluar yang menutup aurat. Yang meninggalkan solat akan rasa tenang bila melakukan solat, dan yang mengabaikan al-Quran dan sunnah akan terasa dekat dengan Allah dan Rasul bila membaca dan memahami.
In syaa Allah, kepada rakan-rakan di luar sana yang sentiasa menyokong terima kasih diucapkan, hanya Allah saja yang dapat balas jasa kalian. Berubahlah selagi ada masa dan berubahlah dengan hati yang IKHLAS kerana Allah.
Langgan:
Catatan (Atom)